Kamis, 31 Maret 2022

Ribut-ribut Bahasa

 


Keseruan hari ini, melihat orang dari negera tetangga ribut soal bahasa resmi ASEAN. Bapak yang diatas itu menanggapi ketidaksetujuan tersebut dan melontarkan jawaban yang saya asumsikan sebagai jawaban dari orang Indonesia. Saya akan coba menanggapi "jawaban" tersebut.

Oke, jika memang faktanya demikian (saya terlalu malas untuk mencari lebih detail tentang ini), ya sudah sewajarnya usulan menjadikan bahasa melayu sebagai bahasa resmi kedua di ASEAN ditolak. Kenapa? Karena bahasa melayu (setidaknya di Malaysia) erat kaitannya dengan suku dan mungkin agama. Mereka memberikan status berbeda-beda pada warganya.

Dalam dunia orang melayu, mereka yang disebut "Orang Melayu" pastilah beragama islam. Jika mereka bukan beragama islam, maka mereka di luar dari dunia melayu tersebut, meskipun secara etnis memang mereka orang melayu.

Jadi, orang keturunan bangsa lain yang tinggal di Malaysia jika memang beragama islam maka akan tetap disebut orang melayu.
Dengan hal tersebut, penetapan bahasa melayu menjadi salah satu bahasa resmi ASEAN menjadi terkesan etnosentris.

Kenapa saya bilang etnosentris? Karena di Malaysia sendiri bahasa melayu bukanlah lingua franca. Tidak semua orang di sana bisa berbahasa melayu. Mereka cenderung berbicara dengan bahasa ibu mereka masing-masing. Akibatnya bahasa inggris lah yang muncul sebagai jembatan agar orang-orang yang berbeda etnis dapat berkomunikasi dengan lancar satu sama lain.

Lain halnya dengan di Indonesia. Bahasa melayu sudah sejak berabad-abad lalu menjadi bahasa komunikasi kegiatan perdagangan. Yang kemudian bahasa melayu dialek Riau diadopsi pada saat masa perjuangan kemerdekaan menjadi bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang. Dan sekarang, Kebanyakan orang yang hidupnya terbuka dengan dunia luar mengerti dan bisa berbahasa Indonesia. Terutama di perkotaan, di mana orang-orang dengan beragam latar belakang hidup berdampingan.

Tapi sejatinya bahasa digunakan untuk berkomunikasi, untuk menjalin kedekatan dengan orang lain, untuk mengerti satu sama lain. Bukan menjadi bahasan yang membuat kita saling serang.

Label: